Berkeolahragaan Pada Masa New Normal Menurut Kajian Sosiologis Keolahragaan

IKOR.fio.unesa.ac.id, Surabaya - Masih dalam upaya menuju normal akibat pandemi, sampai saat ini banyak digandrungi seminar maupun obrolan yang mengkaji hal tersebut dalam berbagai sudut pandang keilmuan, salah satunya adalah webinar yang diselenggarakan oleh Sport5 Indonesia, dimana kegiatan ini membahas tatanan keolahragaan pada masa new normal menurut kajian sosiologi. Webinar ini diselenggarakan pada tanggal 11 Juni 2020 berlangsung kurang lebih 2 jam. Webinar ini dipimpin oleh Moh. Fathur Rohman, M.Pd selaku moderator sekaligus CEO Sport5 Indonesia dengan seorang pemateri Dr. Dindin Abidin, M.Si., AIFO sebagai narasumber.
Berdasarkan sudut pandang sosiologi, olahraga memiliki peran penting dalam tatanan sosial masyarakat, diantaranya adalah dalam tatanan kebudayaan, pendidikan, olahraga sebagai pengendali sosial dan olahraga menjadi sarana pemersatu bangsa. Kemudian, bagaimana seluruh peran tersebut berjalan pada saat dan masa transisi Covid-19? Mengingat seluruh sendi kehidupan menjadi lumpuh sejak adanya pandemi. Menurut Dr. Dindin Abidin, M.Si., AIFO, dalam sudut pandang sosiologi, hal ini merupakan tantangan yang diberikan Covid-19 pada keolahragaan. Pertama, tantangan dalam upaya mendukung pembukaan kembali event-event olahraga dengan tetap berlandaskan protokol kesehatan. Kedua, tantangan untuk tetap melakukan aktivitas fisik selama masa pandemi dan setelahnya dengan harapan kondisi tubuh agar tetap sehat.
Lalu bagaimana upaya untuk menghadapi new normal? Jika dijelaskan secara singkat menurut Dr. Dindin Abidin, M.Si., AIFO, new normal adalah sebuah konsep berkehidupan normal yang baru dengan semangat berjuang melawan dan hidup berdampingan dengan Covid-19. Upaya yang dapat dilakukan adalah pertama, memulai untuk merubah gaya hidup dengan membiasakan cuci tangan dengan sabun, memakai masker dan menjaga jarak saat berada di ruang publik. Kedua, untuk menjaga kesehatan dengan tetap melakukan aktivitas fisik maupun berolahraga, mendapatkan sinar matahari dan mencukupi kebutuhan gizi. Ketiga, menjaga kehidupan bersosial dengan tetap saling membantu terhadap sesama. Menilik sedikit kebelakang pada saat flu Spanyol pada 1918, serangan terbesar justru pada gelombang kedua, dimana masyarakat pada saat itu telah jengah dengan karantina dan jarak sosial, kemudian ketika diperbolehkan kembali untuk keluar rumah, justru puluhan juta kematian terjadi setelahnya akibat tidak mematuhi protokol kesehatan. Jadi mau belajar dari sejarah atau memilih untuk mengulang sejarah?
Selanjutnya, salah seorang peserta atas nama Renata Putri bertanya kepada narasumber, “Bagaimana segi ilmu sosial dalam mendorong agenda kebijakan nasional ke arah olahraga masyarakat?”. Hal ini merupakan tantangan bagi keilmuan sosial, setidaknya siapapun juga bisa untuk saling membantu dan mengedukasi masyarakat untuk tetap berolahraga namun tidak melupakan protokol kesehatan.
by Syaifathul Jannah
Materi bisa diunduh pada link di bawah ini :
Download